Sunday, June 28, 2015

Ulkus Dekubitus


PENDAHULUAN   
Ulkus dekubitus merupakan salah satu problem yang dapat kita jumpai pada seseorang atau lebih tepatnya penderita yang menderita suatu penyakit yang membuatnya harus menjalani tirah baring yang cukup lama. Problem ini seringkali menjadi komorbid dan tidak jarang menyebabkan infeksi sekunder sehingga dapat memperberat penyakit utama.

DEFINISI & KAUSA
Ulkus dekubitus merupakan suatu cedera lokal pada kulit, yang disebabkan oleh penekanan pada suatu daerah kulit, biasa terjadi pada daerah yang terdapat penonjolan tulang seperti daerah sacrum (dekubitus). Terdapat dua faktor predesposisi penyebab terjadinya ulkus dekubitus, yaitu faktor intrinsik diantaranya mobilitas tubuh yang terbatas, rendah nutrisi, faktor penyakit komorbid (diabetes, vasculitis, kanker), dan proses penuaan kulit, serta faktor ekstrinsik diantaranya tekanan terus menerus pada kulit, kelembapan kulit, dan gesekan pada daerah yang terkena.

KLASIFIKASI
            Terdapat beberapa klasifikasi yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu ulkus decubitus. National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP), menyebutkan terdapat empat tingkat keparahan ulkus decubitus, yaitu:
I-                   Kulit yang mengalami kemerahan (eritema), warna cenderung berbeda dari warna kulit normal, biasa disertai dengan rasa nyeri, hangat.
II-                Hilangnya sebagian bagian dari kulit dermis, tampak kemerahan, tanpa disertai jaringan nekrotik basah (slough), biasa diikuti dengan cairan jernih yang merupakan suatu serum
III-             Hilangnya jaringan dermis secara total, tampak jaringan lemak, tanpa disertai penampakan tulang, tendon, ataupun otot, dan biasa disertai dengan slough
IV-             Hilangnya jaringan dermis secara total, Nampak jaringan lemak, disertai penampakan tulang, tendon, ataupun otot, dan biasa disertai dengan slough
 Gambar 1. Gambaran skema derajat ulkus dekubitus menurut NPUAP. Dikutip dari Bluestein D, et al. Pressure Ulcers: Prevention, Evaluation, and Management. American Family Physician: 2008
           
Adapun klasifikasi lain ulkus dekubitus menurut Agency for Health Care Policy and Research, ialah hampir menyerupai NPUAP namun terdapat derajat kelima, yaitu bila ditemukan adanya luka nekrotik kering yang kehitaman.

PENCEGAHAN
            Dengan memperhatikan faktor predesposisi terjadinya ulkus dekubitus, maka pencegahan yang dapat dilakukan dari sisi intrinsik ialah memberikan modifikasi mobilisasi pasien yang harus atau terpaksa menjalani tirah baring lama. Modifikasi mobilsasi dapat berupa penggunaan bantal air untuk mengurangi penekanan pada kulit, perbaikan asupan nutrisi tinggi protein, mobilisasi miring kiri dan kanan (log roll), serta mengobati komorbid penyakit lain seperti diabetes. Dari faktor ekstrinsik, hal yang dapat dilakukan diantaranya menjaga kelembapan kulit terutama daerah yang selalu terkena tekanan seperti sacrum. Penggantian sprei, serta alas pantat secara berkala dapat mengurangi resiko terjadinya ulkus dekubitus.
            Jacob Rudd, dalam sebuah makalah presentasinya, menampilkan penggunaan tekhnik hydraulic lift untuk mencegah penderita mengalami ulkus dekubitus.


Gambar 2. Gambaran penggunaan tekhnik hydraulic lift untuk menceegah terjadinya ulkus dekubitus. Dikutip dari Rudd JL. a Case Report: The Hydraulic Lift For Decubitus Ulcers. Massachusetts: 1955
 
MANAJEMEN
Manajemen perawatan luka ulkus dekubitus ialah menjaga kelembapan dari daerah luka dan sekitar luka, menghilangkan jaringan mati atau nekrotik baik yang basah (slough), maupun kering. Adapun algoritma penanganan ulkus dekubitus dari Hess dalam bukunya Wound Care:
 

Gambar 3. Algoritma penanganan ulkus dekubitus. Dikutip dari Hess CT. Wound Care. 4th ed. Springhouse, Penn.: Springhouse; 2002:54-55.



Gambar 4. Gambaran ulkus dekubitus pada pasien usia lanjut dengan fraktur femur, (kiri) sebelum perawatan, (kanan) setelah menjalani perawatan luka berkala dengan frekuensi dua hari sekali. Dikutip dari Dokumentasi pribadi penulis.


    Demikian sharing mengenai ulkus dekubitus yang sering kali timbul pada pasien tirah baring lama, semoga bermanfaat, bagaimanapun mencegah lebih baik daripada mengobati. terima kasih.

No comments:

Post a Comment